PERTANIAN INDONESIA


Pertanian Indonesia Bangkit Dengan Inovasi Dan Teknologi

Kementerian Pertanian  RABU, 19 JULI 2017 , 17:22:00 WIB | LAPORAN: ELITHA TARIGAN



Net


RMOL. Tanpa teknologi dan inovasi mustahil Indonesia bangkit dalam sektor pertanian.





Demikian disampaikan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam seminar nasional 'Peran Teknologi Agronomi dalam Mempercepat Penciptaan dan Hilirisasi Inovasi Pertanian' yang diselenggarakan Perhimpunan Agronomi Indonesia (Peragi) di Botani Square, Bogor (Rabu, 19/7).

Amran memaparkan selain inovasi teknologi di bidang pertanian, langkah awal adalah merevisi regulasi pengadaan alsintan melalui lelang e-katalog. Untuk itu, Kementerian Pertanian siap menerapkan inovasi-inovasi dan teknologi terbaru di bidang pertanian yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan petani dan menekan cost petani. Amran sangat terkesan dengan benih unggul dari IPB yaitu IPB3S yabg diklaim lebih produktif dari benih unggul ciherang

"Kementerian Pertanian akan membeli benih unggul IPB3S dan akan kami sebarkan ke petani di seluruh Indonesia," katanya.

Amran yang juga terdaftar sebagai pengurus Peragi menghimbau agar Peragi bergerak di seluruh Nusantara dengan harus mampu berkontribusi bagi pembangunan pertanian.

Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Herry Suhardiyanto menyoroti tiga hal terkait pembangunan pertanian, yaitu masalah inovasi di mana usaha tani harus harus optimal, modern dan terkonsolidasi. Untuk itu, dibutuhkan ketekunan dari hulu dan hilir melalui usaha yang komprehensif. Yang kedua perhatian kepada potensi industri pengolahan produk pertanian dan ketiga kesejahteraan petani.

"Inovasi sangat penting untuk digarap. Inovasi bisa dilakukan melalui varietas unggul, teknologi pasca panen dan lain-lain," ujarnya.

Herry juga sangat mengapresiasi keinginan mentan yang akan membeli dan menerapkan inovasi terbaru benih padi BB3S dari IPB kepada petani. Benih unggul BB3S diklaim lebih produktif dari Ciherang dan tahan hama wereng. Produksi benih unggul BB3S antara 8-11 ton per hektar. Bahkan telah ditanam di Karawang dan mampu mencapai produksi 13,4 ton per hektar.

Ketua Peragi Muhammad Syakir sendiri menambahkan, seminar diselenggarakan sebagai momentum 40 tahun keberadaan Peragi sebagai penggerak pertanian di Indonesia.

"Sudah banyak anggota Peragi yang turut memberikan sumbangsih bagi pembangunan pertanian nasional. Dengan demikian saya tegaskan Peragi mendukung penuh program Kementerian Pertanian, Peragi adalah pertanian modern Indonesia dan Pertanian Modern Indonesia adalah Peragi," demikian Syakir. [wah]


Komentar