MINYAK NILAM


Minyak Nilam, Tulang Punggung Warga Kepulauan Mentawai


Artikel pendek di Kompas Minggu (dikutipkan di bawah) menarik dan mengganggu pikiran saya hari ini. Sebelumnya saya tidak paham apa itu minyak nilam, bagaimana aromanya, dari mana asalnya, apa gunanya, harga dan sebagainya. Mungkin saya saja yang abai dan tak hirau akan hal ini. Jadi bagi saya berita kecil ini memberi cukup banyak informasi.

Iseng-iseng saya coba cari di internet informasi lebih jauh tentang minyak nilam ini. Yang mengejutkan di sebuah website
http://www.100pureessentialoils.com/site/1562898/page/712580 saya temukan, minyak nilam dari Indonesia dijual seharga US$ 165/250ml. Bandingkan dengan harga dari petani yang cuma Rp 700rb/kg, itu pun rawan permainan tengkulak.

Sungguh sebuah kekayaan alam yang sangat potensial untuk dikembangkan. Baik dari segi budidaya tanamannya, pengolahan dan peningkatan kualitas, pemasaran dan pengembangan produknya. Ini membuka mata saya tentang betapa banyaknya potensi kekayaan alam kita yang tidak dikelola dan dikembangkan untuk kemakmuran rakyat.

Saya pikir penyulingan adalah sebuah proses yang cukup sederhana. Tentunya lulusan sekolah analis kimia (setingkat SMU) di Padang bisa memberikan masukan yang berarti untuk peningkatan kualitas prosesnya. Belum lagi jurusan Kimia Unand, bila ingin menyebut lebih jauh. Atau mungkin Fakultas Pertanian Unand untuk membantu pembudi dayaan tanamannya. Dan pikiran saya melayang-layang membayangkan berbagai produk yang bisa dihasilkan dari bahan baku ini - andai kita mampu mengembangkan industri lokal-nya.

Mungkin ada anggota RN yang lebih paham mengenai masalah ini. Kalau bisa kita diskusikan bersama, mungkin bisa jadi ide yang bisa dikembangkan lebih lanjut untuk memajukan kampung halaman.

Salam
Budhi St. Mangkuto Sati/35/Den Haag


-----------------------------------------------------------------
Minyak Nilam, Tulang Punggung Warga Kepulauan Mentawai
Minggu, 15 Juni 2008 | 03:00 WIB

Negeri kita tercatat sebagai penghasil minyak nilam yang populer di pasar internasional, tetapi justru kurang akrab di telinga kita. Minyak ini dihasilkan dari penyulingan tanaman nilam (Pogostemon patchouli). Karena sifat aromanya yang kuat, minyak ini digunakan sebagai pewangi kertas tisu, campuran deterjen pencuci pakaian, pewangi ruangan, kosmetik, dan parfum.

Dusun Lakau, Desa Bulasat, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat, menghasilkan minyak nilam. Hampir seluruh penduduk menggantungkan hidup dari perkebunan nilam, selain dari perkebunan cokelat, cengkeh, dan kopra serta hasil perikanan tangkap.

Tanaman nilam siap dipanen perdana setelah berumur enam bulan dan dapat dipanen tiga bulan sekali setelahnya. Bagian yang dipanen biasanya cabang dari tingkat dua ke atas sekitar 20 sentimeter di atas tanah. Nilam hasil panen dicacah dan dijemur di bawah sinar matahari selama empat jam. Setelah itu, daun nilam kering diangin-anginkan sambil dibolak-balik selama empat hari hingga kadar airnya tinggal 15 persen. Setelah itu, nilam siap disuling.

Penyulingan berlangsung 12 jam dengan teknik penyulingan uap kering yang dihasilkan mesin penghasil uap yang diteruskan ke dalam tangki reaksi. Selanjutnya uap akan menembus bahan baku nilam kering dan uap yang ditimbulkan diteruskan ke bagian pemisahan uap air dengan uap minyak nilam.

Tiga karung tanaman nilam kering dapat menghasilkan 8 ons hingga 1 kilogram minyak atsiri. Warga yang tidak memiliki sarana penyulingan biasa membayar sepersepuluh dari hasil minyak nilam ke pemilik alat suling. Hasilnya mereka jual ke Sikakap, ibu kota Kecamatan Pagai Utara, Kepulauan Mentawai, yang merupakan jalur perdagangan komoditas ke Padang. Sebanyak 1 kg minyak nilam dapat terjual sekitar Rp 700.000. Sayang, jerih payah warga Lakau menjadi tidak menentu karena permainan tengkulak yang memonopoli harga.




Minyak Nilam, Mentawai. Posting ini merupakan suatu sumber berita yang
penting untuk retrospeksi pandangan dunia kita.

1. Minyak Nilam. Daerah penghasil Minyak Nilam yang lebih dikenal selama
ini adalah Aceh. Daerah Aceh sudah menjadi sasaran buruan
pencium-pencium ekonomi asing sejak masa yang tidak diketahui sepanjang
sejarah. Kia tahu Kapur Barus sudah dikenal dengan adanya kota Barus
yang sudah dikenal pedagang-pedagan Arab sejak masa dan mungkin sebelum
Nabi Sulaiman.

Minyak Nilam adalah induk segala parfum. Saya kira juga Minyak Nilam
seiring dengan itu sudah menjadi pujaan Ratu Balqis (Queen of Sheba)
yang dapat merayu kasih cinta Nabi Sulaiman. Nabi Muhammad s.a.w.
khabarnya senang juga dengan parfum, banyak orang-orang Arab di Mesjid
baik hari Hari Jumat apalagi hari Raya mengoleskan parfum katanya
mengikuti sunnah.

Dalam keterangan-keterangan umum, hanya Aceh yang dianggap sebagai
sumber barang-barang kecil bernilai tinggi ini. Selain itu Aceh dikenal
dengan produk-produk terkenal diluar dengan Pinang dan Perca ,sekarang
gas, dll. Nah, dasar, atau induk semua parfumm ini berasal dari Minyak
Nilam, Pachouli Oil yang tumbuhannya bearsal dari Indonesia, yah di
Aceh, sekarang rupanya juga baru diketahui tumbuh di Mentawai.

2. Mentawai. Kita, dari Sumatera Barat Daratan mudah-mudahan baru
dikejutkan dengan adanya Minyak Nilam yang dihasilkan di Mentawai. Baru
saja kita dikejutkan bahwa Mentgawai adalah tempat sorga surfers
termashur di seluruh dunia yabngdapat diekpoitasi untuk keperlua
turisme. Banyak lagi sumber-sumber alam yang tidak kita ketahui dari
pandangan kita dari Sumatera Barat Daratan. Betapa kayu-kayu berharga
sudah dibabat besar-besaran , tanpa atau dengan sepengetahuan diam-diam
oleh "orang-orang yang tahu cari untung" di ibukota daratan kita.

Kita di daratan, barangkali terlalu Minang Sentrik, ignoran, tidak
mengindahkan penduduk dan kekayaan kepulauan berharga ini. Lihatlah
Google Earth, terbang-terbanglah di atasnsya. Bandingkanlah areal
Mentawai paralel dari sepanjang pantai Sumatera Barat dari Utara ke
Selatan. Luasnya kalau dilihat sepintas lalu, kira-kira sama dengan
separoh Sumatera Barat Daratan. Tetapi pernahkah kita memperhatikannya.
Bahkan dalam pandangan ekstrim kita menganggap penduduk Mentawai orang
terbelakang, yah maaf, dikategorikan dan barangkali diperlakukan,
sebagai orang yang masih biadab, tidak perlu diperhatikan. Yang kita
anggap Sumatera Barat yang dijuluki "sumbar",  kata yang kurang saya
senangi itu, hanyalah Sumatera Barat Daratan saja, Daerah Inti
Minangkabau. Kapankah kita akan terhindar dari Minang Sentrik ini?

Salam,

--Inyiak Sunguik




Minyak nilam adalah salah satu dari sekian banyak minyak atsiri.
Selain minyak nilam ada lagi minyak pala, minyak cengkeh, minyak dari
daun cengkeh, minyak dari daun limau (dikampuang awak daun limau ko
dipakai untuak mamasak gulai dagiang), minyak sereh, minyak dari
bungo-bungo, minyak jahe (jahe biaso atau jahe merah) dll seterusnya.

Sadoalahe nan tasabuik di ateh ado dikampuang awak. Jadi sangaik
potensi untuak dikambangkan. Pasa international minyak atsiri ko
tarutamo adalah Amerika, Japang, Eropah dan Timur Tengah. Jadi kalau
ingin berbisnis sambia mangambangkan potensi kampuang awak rancak bana
di Rantau Net mangingek anggota Rantau net ado disadonyo pasa pasa
potensi tasabuik di ateh. Tingga baa caranyo mansinergikanyo agar
saliang mauntuangkan.

Salah satu bibit nilam yang terbaik memang dari Aceh. Tapi bibit
tersebut bisa juga ditanam dikampung kita gak tahu apakah mutunya sama
dengan hasil dari daerah asalnya.

Kalau ingin baraja labiah banyak tantang minyak atsiri bisa bagabuang
di milis ko:
Atsiri-I...@yahoogroups.com

Salah satu ahlinyo nan banyak mambarikan masuakan tantang minyak
atsiri adolah Buk Ben urang awak nan tingga di Amrik. Baliau sangaik
padek ilmunyo dan tahu pulo jaringan bisnisnyo. Kalau indak salah Ibuk
Ben anggota pulo di milis ko. Mungkin dek sadang asik jalan jalan di
kampuang dalam rangka liburan, alun sempat mancogok lai.

Sakian dari ambo,
Zulkifli Taher anak ketek dari Pakandangan-Pariaman

- show quoted text -


Komentar